Selasa, 24 November 2009

Namaku Nazriel Ashar

Aku lahir di tanggal 23-09-09, dengan berat 2,9 kg, panjang 50 cm. Aku lahir di sebuah rumah sakit di kota yang berhawa sejuk, di Jawa Barat. Nama Rumah Sakit itu Wijaya Kusuma. Kata Ayah, aku lahir persis setelah kumandang adzan ashar, makannya aku di namakan Ashar. konon katanya, aku saat masih di kandungan sempat merepotkan ibu. Ibu mengerang kesakitan saat detik detik aku mau keluar dari rahim ibu. Ibu beberapa jam sebelum aku lahir, sudah putus asa lantaran rasa sakit dan mules yang tiada terkira. Dokter memberikan obat perangsang untuk melancarkan proses kelahiran aku ke dunia. Konon katanya, buat si Ibu bila si Ibu di beri obat perangsang, maka rasa nyeri dan mules yang hebat akan segera terasa. Maka dari itu karena reaksi obat pemacu yang diberikan dokter itulah Ibu akhirnya tidak kuasa untuk menahan rasa sakit dan mules. Kemudian Ibu menyerah dan memasrahkan pada dokter untuk di operasi Cesar saja. Ibu sudah tak kuat lagi, keringat dingin keluar dari sebagian wajah dan tubuhnya. Ayah yang terlihat masih hijau dalam urusan begini dan belum berpengalaman tidak tau apa yang harus di lakukan saat itu. Dalam batin, sang Ayah tidak ingin istrinya menderita sakit, dan ingin agar semua persalinan berjalan dengan lancaar dan normal. Tapi apa hendak di kata bila sang istri mengatakan " Ayah..aku sudah gak kuat lagi ". Semua saran dari ibu untuk di operasi pun tak bisa di tolak lagi. Kemudian Ayah berkonsultasi pada dokter yang masih muda. Kata dokter operasi pun tak akan ada apa apa, semua akan berjalan normal dan baik baik aja. Namun yang ada dalam pikiran Ayah saat itu, bahwa operasi melahirkan adalah operasi yang tergolong operasi besar hingga sempat mengkhawatirkan kondisi dan keselamatan Ibu. Belum lagi masa pemulihan setelah operasi. jika operasi gagal maka semua kesalamatan Ibu dan aku pun bisa terancam buruk.

Saat detik detik menegangkan itu, di rumah sakit hanya Ayah dan Ibu saja, Nenek dari ibu sudah pulang ke rumah tadi pagi untuk mencuci pakaian kotor ibu dari rumah sakit. Kakek dari ibu sudah tidak ada ( Meninggal saat usia ibu masih 19 tahun,karena serangan jantung mendadak ). Mbah akung dan Mbah uti ( Sebutan panggilan nenek dan kakek dari Brebes ) masih di rumah di Kubangpari Brebes. Rencananya Mbah Akung dan Mbah Uti akan menjenguk Ibu dan Ayah di Rumah setelah dhuhur. Ada perasaan sedih dan galau pada muka Ayah, di mana saat saat menegangkan seperti itu tak ada saudara dan orang yang berpengalaman di sisinya yang memberikan saran atau motivasi, apakah Operasi atau bertahan untuk melahirkan secara normal. JIka pilihan yang kedua di jalankan, Ibu sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit yang luar biasa, tapi jika opsi yang pertama di lakukan maka akan ada resiko yang musti harus di tanggung lagi. Kakak yang seorang Bidan ketika di telp menyarankan agar bertahan saja menahan rasa sakit dan terus berjuang sampai melahirkan dengan normal. tapi jerit dan tangis Ibu di samping Ayah membuat Ayah semakin tak tega melihat Ibu mengerang sakit dan terus melemas. Akhirnya Ayah pun memberi keputusan untuk di cesar. Kereta pembawa pasien untuk di operasi pun segera di siapkan. Baru saja Ibu memasuki ruang operasi yang di papah oleh bidan dan dokter kandungan, Bude yang bidan datang. " Tunggu, jangan dioperasi Dok, biarkan aja. biar aja karena menurut aku ini akan bisa bertahan sampai lahir karena kondisi janin di kandungan secara medis tak ada masalah ". begitu kata bude menyarankan kepada dokter. Lalu, bude pun memberi semangat moral kepada Ibu, di tambah lagi keberadaan Mbah akung dan Mbah uti ikut mendorong secara mental agar ibu berjuang sampai melahirkan dengan normal, tidak dengan operasi. Akhirnya Ibu pun segera menjalani apa yang di sarankan oleh bude dan Mbah akung dan Mbah uti.

Perjalanan perjuangan melahirkan aku sangat melelahkan katanya, dari jam 12 siang sampai jam 14.50. Ibu terus saja menjerit , mengerang, tangannya terus meremas dengan kuat ke pundak Ayah dan Bude yang saat itu mendampingi Ibu sampai aku lahir. Bahkan muka Ayah tak segan segannya di cakar dan di pukul. Namun Ayah tetap sabar terus mendampingi Ibu. Sesekali nafasnya terengah engah mengikuti saran nafas dari dokter agar tak terlalu banyak menekan. Akhirnya setelah Ashar aku datang ke dunia melalui kuasa Alloh SWT, aku berada di dunia ini. Aku menangis ketika baru memasuki dunia ini. Dunia di mana nanti aku akan tumbuh dewasa, Dunia di mana nanti aku bisa mempunyai teman, dunia di mana aku nanti bisa bergaul dengan sesama, di Dunia di mana nanti aku akan menemukan hal hal baru yang belum pernah aku temui selama sembilan bulan di rahim ibu. Saat aku lahir aku menangis dengan keras,.Aku diangkat oleh suster kemudian aku di bawa ke ruang isolasi di mana hanya bayi dan suster saja yang boleh masuk. aku di timbang, kemudian di bedong. tidak lama kemudian Mbah Akung mengumandangkan Adzan di pinggir telinga kananku dan Ikomat di telinga kiriku.

Kini usiaku beranjak dua bulan, banyak hal dan pelajaran yang bisa aku lihat dan saksikan selama dua bulan itu. Ternyata hidup di dunia itu menyenangkan, Mengasyikan. Aku bisa menatap wajah Ibu sekarang dengan jelas. Namun Ayah, tak pernah aku lihat. Sesekali wajah dan gambar Ayah hanya sepintas lalu di pandangan mataku. Hanya Ibu yang terus dengan jelas dan merawat aku. tapi aku bisa dengar di hati ibu kala aku di gendong dekat dengan jantungnya, di degupan hati Ibu aku merasakan Bahwa Ibu sedang menanti Ayah yang sedang bekerja di jakarta. Ayah pulang setiap dua minggu sekali untuk bertemu aku dan Ibu. Oh..Tuhan semoga Engkau memberkati semua, Ayah, Ibu dan semua orang orang yang ibu cintai dan sayangi. Amin..