Minggu, 29 Mei 2011

PILKADA di Desa Mbah Akung


Wajah Demokrasi Pilkades

Seminggu yang lalu aku menyaksikan sendiri, bagaimana sebuah penyelenggaran demokrasi di tingkat desa. Takjub dan terharu begitu aku menyaksikan lansung mulai dari pengerahan masa pendukung sampai tiba di Balaidesa, yaitu tempat akan di adakannya pengundian nomor. Gambaran umum yang aku tangkap adalah, demokrasi yang aku lihat di sini ( Meski baru tahap pengundian Nomor ) berjalan meriah, seru, Aman,

Undangan bagi peserta calon kuwu, atau kades, di mulai pukul 09.00 sudah tiba di Balaidesa. Namun pukul 07-09 massa pendukung sudah mengkonsentrasikan di rumah masing masing calon peserta Kuwu. Dari pengamatanku di lapangan, peserta yang mendapat dukungan terbanyak adalah H. Moh. Hasyim. Dengan massa pendukung saat mengiring calon ke Balaidesa kurang lebih mencapai 700- 800 orang. Massa pendukung H. Moh, Hasyim ini di jejali dengan berbagai usia dan kalangan. Mulai dari anak kecil, pemuda, orang tua, dan ibu ibu. Yang menarik dan membuat aku merasa bangga adalah adanya massa pendukung dari kalangan ibu ibu yang begitu antusias, memiliki semangat mengawal calon sampai tiba ke Balaidesa. Massa pendukung kedua datang dari kubu Marhaen, calon peserta ini datang dari kalangan muda. Dan mewakili dari blok selatan yaitu RW 06. Boleh di bilang masyarakat kubangpari 2/3 warganya adalah berbahasa sunda. Dan sepertiga menggunakan berbahasa jawa setiap harinya. Calon Marhen berasalah dari kubu selatan, sedangkan calon H.Moh. Hasyim dari kubu utara. Namun sepak terjang kedua calon ini boleh di bilang memiliki kekuatan yang jelas berbeda. Bapak, ( H.Moh. Hasyim ) sudah teruji oleh waktu. Karena sudah lama mangabdi dan menjadi bagian dari masyarakat kubangpari yang kian cukup lama maka kekuatan bapak tidak di ragukan lagi. Apalagi bapak hampir tidak memiliki track record yang jelek kepada masyarakat. Orang dan warga masyarakat boleh di bilang menganggap Bapak adalah sosok orang tua yang di hormati. Dengan modal kepercayaan inilah kiranya akan lebih mudah bagi Bapak mendapatkan kekuatan dukungan dari masyarakat. Namun zaman sekarang memang sudah berubah,.adanya praktek money politik yang kuat sangat menentukan perubahan peta kekuatan politik dengan cepat. Peserta ketiga bernama Ade, calon peserta ini berasal dari RW 2 berasal dari kalangan paling muda. Dan di perkirakan mendapat dukungan tidak begitu banyak, karena berdasarkan pengamatan aku , ketika sang calon di antar menuju Balaidesa tidak banyak massa yang mengiring. Namun sekali lagi jumlahnya massa saat mengiring calon ke Balaidesa pada saat mengambil undian tidak menjadi patokan kuat untuk menentukan jumlah dukungan yang sebenarnya. Namun itu hanya memuat gambaran umum saja untuk melihat dukungan secara umum. Calon peserta keempat bernama wahyudin, yang menarik dari calon ini adalah, massa pendukung sangat kecil, boleh di bilang hanya keluarganya saja saat mengantar ke Balaidesa. Dan yang lebih menarik lagi adalah calon ini memiliki kepercaayaan yang tinggi karena dia maju benar benar tidak menggunakan pendekatan bagi bagi uang atau rokok atau jajanan dan makanan lain kepada masyarakat. Calon ini benar benar polos los hanya mengeluarkan uang untuk uang meja saja atau boleh di bilang uang administrasi sebagai persyaratan lengkap menuju ticket bursa calon nominasi Kades. Ini akan menjadi bahan penelitian sendiri buatku Apakah Calon yang demikian benar benar di tinggalkan massa ? ini penting sekali untuk menguji sampai sejauh mana wajah demokrasi sudah berjalan, karena kalo mau di ambil sebuah penelitian justru di tingkat desa inilah sample yang paling akurat untuk menggambarkan demokrasi yang sesungguhnya. Kenapa di tingkat desa jauh lebih penting ? karena di tingkat desa..Demokrasi akan bercampur secara automatic dengan kehidupan sosial, ekonomi masyarakat secara langsung. Karena menurutku sebuah Desa masih menyimpan kepolosan kepolosan dalam bentuk tradisi dan kebiasaan yang masih berlaku dan mungkin masih di jalankan sampai sekarang sebagai warisan kebudayaan, sosial para pendahulu . Namun sepertinya kebiasaan Bagi bagi uang atau “ serangan fajar “ ini sudah lama terjadi di tingkat desa. Sulit membuat batas di mana perjalanan demokrasi yang murni sudah mulai tercampur dengan praktek semacam ini. Mungkin kalimat yang tepat adalah selama masih ada masyarakat yang miskin dan berpendidikan rendah dan masih belum mandiri ( mengalami kesulitan ekonomi ), maka selama itu pula wajah demokrasi akan selalu di bumbui dengan bagi bagi uang atau money politik. Tak ada demokrasi yang murni selama di dalam sebuah Negara masih menyimpan kemiskinan dan pendidikan yang rendah. Calon Kelima bernama wahyu, jebolan Insinyur IPB. Calon ini pulang kampung setelah perusahaannya mengalami PHK. Dan dengan alasan ingin membangun desa nya maka sang insinyur memberanikan diri maju sebagai calon peserta. Wahyu juga berasal dari kalangan muda.
Dapat di ambil kesimpulan sementara mengenai gambaran umum proses demokrasi yang masih berjalan di desaku, yaitu desa Kubangpari Kec. Kersanan . Kab. Brebes. Yang rencananya Pemilihan akan di adakan di hari minggu tanggal 5 Juni 2011
1. Demokrasi di desaku seru, ramai , semarak dan terkendali . hampir setiap RW mempunyai wakil sendiri sendiri. Jumlah RW di desaku ada 6, mempunyai 4200 hak pilih dan 1.500 rumah.
2. Masing masing calon mempunyai peta kekuatan sendiri sendiri. Dan paling sengit nanti adalah perebutan suara dari Blok Kidul ( selatan ) dari kubu Marhaen, Dan Blok Lor ( Utara ) dari kubu H.Moh. Hasyim..( hmm..kok jadi deg degan aku ya ..Ayo Pak..Bapak pasti bisa..!!! ).
3. Dari kelima Calon tersebut ke empatnya berasal dari kalangan Muda, usia 40-50 tahun , hanya H.Moh. Hasyim yang berusia 70 tahun an ( hehe…Sabar ya Mbah..kalo Jodoh gak akan kemana )
4. Ketiga calon berasal dari kalangan muda yang lama mangabdi di Jakarta lalu pulang ke desa. Hanya Marhaen saja dari kalangan muda yang berdiam lama di desa.
5. Warga masyarakat pendukung calon, sama sama saling menghargai, menghormati, tidak ada tanda gesekan gesekan kecil yang berarti yang menimbulkan ancaman kekerasan atau konflik, masing masing pendukung sama sama saling menahan diri, menjaga diri dan berusaha menghindari konflik kekerasan fisik. ( Ayo..Masyarakat Kubangpari kita pasti bisa mewujudkan demokrasi yang damai, semarak, aman., Menghargai setiap perbedaan )