Minggu, 29 Mei 2011

PILKADA di Desa Mbah Akung


Wajah Demokrasi Pilkades

Seminggu yang lalu aku menyaksikan sendiri, bagaimana sebuah penyelenggaran demokrasi di tingkat desa. Takjub dan terharu begitu aku menyaksikan lansung mulai dari pengerahan masa pendukung sampai tiba di Balaidesa, yaitu tempat akan di adakannya pengundian nomor. Gambaran umum yang aku tangkap adalah, demokrasi yang aku lihat di sini ( Meski baru tahap pengundian Nomor ) berjalan meriah, seru, Aman,

Undangan bagi peserta calon kuwu, atau kades, di mulai pukul 09.00 sudah tiba di Balaidesa. Namun pukul 07-09 massa pendukung sudah mengkonsentrasikan di rumah masing masing calon peserta Kuwu. Dari pengamatanku di lapangan, peserta yang mendapat dukungan terbanyak adalah H. Moh. Hasyim. Dengan massa pendukung saat mengiring calon ke Balaidesa kurang lebih mencapai 700- 800 orang. Massa pendukung H. Moh, Hasyim ini di jejali dengan berbagai usia dan kalangan. Mulai dari anak kecil, pemuda, orang tua, dan ibu ibu. Yang menarik dan membuat aku merasa bangga adalah adanya massa pendukung dari kalangan ibu ibu yang begitu antusias, memiliki semangat mengawal calon sampai tiba ke Balaidesa. Massa pendukung kedua datang dari kubu Marhaen, calon peserta ini datang dari kalangan muda. Dan mewakili dari blok selatan yaitu RW 06. Boleh di bilang masyarakat kubangpari 2/3 warganya adalah berbahasa sunda. Dan sepertiga menggunakan berbahasa jawa setiap harinya. Calon Marhen berasalah dari kubu selatan, sedangkan calon H.Moh. Hasyim dari kubu utara. Namun sepak terjang kedua calon ini boleh di bilang memiliki kekuatan yang jelas berbeda. Bapak, ( H.Moh. Hasyim ) sudah teruji oleh waktu. Karena sudah lama mangabdi dan menjadi bagian dari masyarakat kubangpari yang kian cukup lama maka kekuatan bapak tidak di ragukan lagi. Apalagi bapak hampir tidak memiliki track record yang jelek kepada masyarakat. Orang dan warga masyarakat boleh di bilang menganggap Bapak adalah sosok orang tua yang di hormati. Dengan modal kepercayaan inilah kiranya akan lebih mudah bagi Bapak mendapatkan kekuatan dukungan dari masyarakat. Namun zaman sekarang memang sudah berubah,.adanya praktek money politik yang kuat sangat menentukan perubahan peta kekuatan politik dengan cepat. Peserta ketiga bernama Ade, calon peserta ini berasal dari RW 2 berasal dari kalangan paling muda. Dan di perkirakan mendapat dukungan tidak begitu banyak, karena berdasarkan pengamatan aku , ketika sang calon di antar menuju Balaidesa tidak banyak massa yang mengiring. Namun sekali lagi jumlahnya massa saat mengiring calon ke Balaidesa pada saat mengambil undian tidak menjadi patokan kuat untuk menentukan jumlah dukungan yang sebenarnya. Namun itu hanya memuat gambaran umum saja untuk melihat dukungan secara umum. Calon peserta keempat bernama wahyudin, yang menarik dari calon ini adalah, massa pendukung sangat kecil, boleh di bilang hanya keluarganya saja saat mengantar ke Balaidesa. Dan yang lebih menarik lagi adalah calon ini memiliki kepercaayaan yang tinggi karena dia maju benar benar tidak menggunakan pendekatan bagi bagi uang atau rokok atau jajanan dan makanan lain kepada masyarakat. Calon ini benar benar polos los hanya mengeluarkan uang untuk uang meja saja atau boleh di bilang uang administrasi sebagai persyaratan lengkap menuju ticket bursa calon nominasi Kades. Ini akan menjadi bahan penelitian sendiri buatku Apakah Calon yang demikian benar benar di tinggalkan massa ? ini penting sekali untuk menguji sampai sejauh mana wajah demokrasi sudah berjalan, karena kalo mau di ambil sebuah penelitian justru di tingkat desa inilah sample yang paling akurat untuk menggambarkan demokrasi yang sesungguhnya. Kenapa di tingkat desa jauh lebih penting ? karena di tingkat desa..Demokrasi akan bercampur secara automatic dengan kehidupan sosial, ekonomi masyarakat secara langsung. Karena menurutku sebuah Desa masih menyimpan kepolosan kepolosan dalam bentuk tradisi dan kebiasaan yang masih berlaku dan mungkin masih di jalankan sampai sekarang sebagai warisan kebudayaan, sosial para pendahulu . Namun sepertinya kebiasaan Bagi bagi uang atau “ serangan fajar “ ini sudah lama terjadi di tingkat desa. Sulit membuat batas di mana perjalanan demokrasi yang murni sudah mulai tercampur dengan praktek semacam ini. Mungkin kalimat yang tepat adalah selama masih ada masyarakat yang miskin dan berpendidikan rendah dan masih belum mandiri ( mengalami kesulitan ekonomi ), maka selama itu pula wajah demokrasi akan selalu di bumbui dengan bagi bagi uang atau money politik. Tak ada demokrasi yang murni selama di dalam sebuah Negara masih menyimpan kemiskinan dan pendidikan yang rendah. Calon Kelima bernama wahyu, jebolan Insinyur IPB. Calon ini pulang kampung setelah perusahaannya mengalami PHK. Dan dengan alasan ingin membangun desa nya maka sang insinyur memberanikan diri maju sebagai calon peserta. Wahyu juga berasal dari kalangan muda.
Dapat di ambil kesimpulan sementara mengenai gambaran umum proses demokrasi yang masih berjalan di desaku, yaitu desa Kubangpari Kec. Kersanan . Kab. Brebes. Yang rencananya Pemilihan akan di adakan di hari minggu tanggal 5 Juni 2011
1. Demokrasi di desaku seru, ramai , semarak dan terkendali . hampir setiap RW mempunyai wakil sendiri sendiri. Jumlah RW di desaku ada 6, mempunyai 4200 hak pilih dan 1.500 rumah.
2. Masing masing calon mempunyai peta kekuatan sendiri sendiri. Dan paling sengit nanti adalah perebutan suara dari Blok Kidul ( selatan ) dari kubu Marhaen, Dan Blok Lor ( Utara ) dari kubu H.Moh. Hasyim..( hmm..kok jadi deg degan aku ya ..Ayo Pak..Bapak pasti bisa..!!! ).
3. Dari kelima Calon tersebut ke empatnya berasal dari kalangan Muda, usia 40-50 tahun , hanya H.Moh. Hasyim yang berusia 70 tahun an ( hehe…Sabar ya Mbah..kalo Jodoh gak akan kemana )
4. Ketiga calon berasal dari kalangan muda yang lama mangabdi di Jakarta lalu pulang ke desa. Hanya Marhaen saja dari kalangan muda yang berdiam lama di desa.
5. Warga masyarakat pendukung calon, sama sama saling menghargai, menghormati, tidak ada tanda gesekan gesekan kecil yang berarti yang menimbulkan ancaman kekerasan atau konflik, masing masing pendukung sama sama saling menahan diri, menjaga diri dan berusaha menghindari konflik kekerasan fisik. ( Ayo..Masyarakat Kubangpari kita pasti bisa mewujudkan demokrasi yang damai, semarak, aman., Menghargai setiap perbedaan )

Kamis, 28 Oktober 2010

Mbah Marijan yang sederhana


Mbah Marijan yang sederhana
Jika Kematian itu adalah pasti,.maka kematian seperti apa yang diinginkan oleh setiap manusia ? Tak banyak orang yang merenungi demikian. Mungkin di benak Mbah Marijan lah ketika masih hidup Mbah Marijan ingin meninggal dunia dalam keadaan yang paling ia sukai. Yaitu Meninggal dalam kapasitasnya Beliau sebagai pekuncen ( juru kunci ) di kawasan Gunung Merapi Yogyakarta. Mbah Marijan memang telah di pilih oleh kesultanan jogja sebagai juru kunci kawasan Gunung Merapi tahun 1982. Bagiku peran dan tanggung jawab yang Mbah Maridjan pegang telah dilaksanakan dengan baik penuh amanah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Lebih dari itu aku melihat bahwa kecintaan pada lingkungan dan alam sekitar lah ( di kawasan Gunung Merapi ) yang membuat Mbah Marijan melakukan demikian. Bukan suatu hal yang biasa memang, hanya sedikit saja mungkin orang yang melakukan demikian. Bagaimana tidak, sebuah keyakinan mengalahkan hasil dari uji ilmiah. Sebagaimana kita tahu bahwa di tahun 2006 lalu, status Gunung Merapi telah di jadikan “ awas “ oleh BMKG. Dan masyarakat di himbau untuk segera meninggalkan kawasan gunung merapi. Namun Mbah Maridjan tetap yakin bahwa wedhus gembel akan segera berakhir. Benar saja, waktu itu wedhus gembel atau kepulan asap atau awan panas Gunung Merapi tidak sampai ke pendunduk desa, hanya meletus di atas gunung merapi saja. Kontan saha keberanian dan tekad Mbah Maridjan melambungkan namanya. Menjadi bintang iklan jamu Sido Muncul dan beberapa produk iklan lainnya. Mendapat penghargaan dari pecinta lingkungan dan penghargaan lainnya. Rupanya ketenaran dan kekayaan yang telah di raih Mbah Maridjan tidak membuat Mbah Marijan keluar dari jati dirinya. Yaitu sosok Mbah Maridjan yang sederhana dan Orang yang memegang Teguh prinsip dan keyakinan. Selalu konsisten dalam sikap dan tindakan , pikirannya. Tanggal 25 Oktober 2010 kembali Gunung Merapi memulai aktivitasnya, dan BMKG memperingatkan masyarakat di kawasan Gunung Merapi dalam status “ Awas “. Sebagaian masyarakat memang menuruti himbauan dari pemertintah daerah. Namun tidak bagi Mbah Marijan, seolah beliau tau akan meninggal di lingkungan rumah yang di cintainya. Beliau tidak takut untuk mati dan membiarkan dirinya tetap tinggal di rumah. Puncaknya tanggal 27 Okt 2010 ajal menjemput Mbah Marijan dalam sapuan awan panas yang bergerak cepat, membakar semua bangungan dan pepohonan yang di laluinya. Saat itu konon Mbah Marijan sedang pergi sholat ke mesjid.
Apa yang aku salutkan dari sosok Mbah Maridjan adalah kesederhanaan dan sikap keberanian, konsistensi dan prinsip teguh d alam pendirian. Kiranya jarang sekali orang melakukan demikian, mungkin orang yang tidak memperhatikan aspek “ nilai “ atau yang hanya memperhatikan aspek materi s aja Jelas mereka sudah harus meninggalkan kawasan yang berbahaya, dari pada mati sia sia. Bagaimanapun juga tindakan Mbah Marijan tidak seluruhnya benar, seharusnya Mbah Marijan lebih mempercayai hasil dari uji ilmiah, namun nampaknya jika suatu keyakinan sudah menjadi prinsip hidup seseorang maka seberapa besar nya bahaya yang mengancam dirinya diluar maka tak akan di gubris atau di indahkan. Inilah sebetulnya efek dari sebuah keyakinan yang tertanam dalam hati. Menjadi letupan yang bisa menjadi prinsip yang teguh dan konsisten dalam tidakan dan pikiran. Selamat Jalan Mbah Maridjan semoga engkau dapat di terima di sisi Allah dengan baik , di terima segala amal dan ibadahnya Amin. dan semoga nilai nilai yang Mbah Maridjan contohkan menjadi pegangan buat anak anak muda sekarang untuk tetap mencari sebuah “ Nilai “ bukan hanya materi saja. Apa yang bisa di sumbangkan pada dunia , pada lingkungan dan kepada umat manusia ??

Senin, 25 Oktober 2010

Karkun dan Khuruj


Khuruj Dan Karkun..

Dua pria berjenggot mendatangi rumahku, menemuiku, memakai baju lonnggar dg celana kain di atas mata kaki. Mereka menyalamiku, satu persatu memperkenalkan diri. Yasin dan Adil namanya. Dua pria berjenggot ini mengaku karkun dan punya kesempatan beberapa hari untuk menyampaikan tugas mereka. Mereka menjelaskan tentang arti sebuah " mengingat diri " arti sebuah kematian. bahwa waktu adalah begitu berharga dan sangat merugi jika waktu yang telah lalu tidak di gunakan untuk berbuat kebajikan. Sebelumnya aku memang sudah tau akan jamaah ini tapi belum terlalu jauh yang aku ketahui. Aku belum pernah membicarakan aktivitas ini dengan orang yang terlibat langsung di dalamnya. Ada beberapa kesan yang aku tangkap dari kedatangan dua pria berjenggot itu. Sedikit akhirnya aku bisa menangkap apa yang ada dalam aktivitas ini dan seperti apa kegiatan mereka.



Karkun adalah sebutan orang yang sedang melakukan khuruj, keluar rumah meninggalkan anak dan istri dalam beberapa hari untuk berdakwah. Konsep dakwah yang mereka bawa sangat sederhana. cuma mengingatkan para keluarga, dan mengajak para keluarga untuk mendatangi masjid untuk segera sholat berjamaah. Saat mendatangi keluarga karkun menjelaskan bahwa pentingnya meluangkan waktu untuk sholat berjamaah, meninggalkan aktivitas dunia. Karkun mencoba menyadarkan para keluarga tentang sebuah kematian yang pasti. karkun mengingatkan pada keluarga khususnya kepala rumah tangga ( suami ) bahwa terdapat gejala sekarang ini materialisme dan kegilaan dunia telah merasuk dan menjadi bagian gaya hidup para keluarga sekarang. Ini sangat berbahaya karena justru dengan gaya hidup seperti itu manusia tak akan menemukan kebahagiaan sejati. Mereka justru akan tenggelam dengan munculnya persoalan persoalan baru yang tidak bisa di pecahkan dengan baik. Hadirnya karkun dan ajakannya di jamin memberikan ketenangan dalam hidup. Bahkan mampu memecahkan delik persoalan kehidupan yang paling berat sekalipun. Hanya meluangkan tiga hari saja dalam sebulan para suami untuk pergi khuruj mendatangi rumah rumah untuk pergi kemesjid melakukan sholat berjamaah. Begitu ajakan mereka.



Aku sendiri terkesima dengan cara bekerja para karkun ini, sangat mirip dengan MLM multi level marketing, atau istilah lainnya Member Get Member. Para anggota yang sudah bergabung dengan khuruj agar mengajak masyarakat atau anggota lain ikut dalam bagian mereka. Dan ini ada target dalam pengembangan networking ke samping atau kebawah. Ini menarik sekali mengingat pencapaian target atau membangun networking dihargai dengan kepuasan kerja saja. Tak ada point reward dalam bentuk uang seperti yang aku jumpai dalam dunia multi level marketing bisnis. Jadi, dia bergerak hanya dari kesadaran dan kenikmatan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Kenikmatan menyampaikan dakwah secara lebih kongkret dan sederhanalah yang menjadi semangat mereka. Maka aku lebih senang juga dengan istilah " gerakan " dalam menyampaikan dakwah. Ini sangat dan sangat menarik menurutku. Karena tanpa punya pengetahuan agama yang luas pun kita bisa menyampaikan dakwah, lebih nyata lagi, langsung mendatangi si objek yang akan kita ajak untuk mengikuti kita. Dan subtansi dakwahnya sangat mudah diterima oleh masyarakat " hanya mendatangi masjid saja". Sederhana saja bukan ? Tapi esensi dan artinya sangat penting sekali bagi kehidupan manusia itu sendiri baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih mencari jatidiri. Sangat beda sekali jika kita mendengarkan dakwah dimimbar. Di mimbar kita hanya menjadi pendengar saja ceramah yang di sampaikan para ulama. Tapi di khuruj kita bisa merasakan langsung bagaimana rasanya menyampaikan dakwah yang kita laksanakan sendiri kemudian di ikuti oleh orang, nikmat bukan ? Dan apa yang di lakukan oleh para khuruj itu tidak sendiri,.tapi secara massal disetiap potensi wilayah di dunia ini,.hingga timbullah " gerakan ".



Tampilnya khuruj yang dapat diterima masyarakat tanpa memandang asal usul itu menjadi kritikan keras sebetulnya buat NU. Dimana organisasi masyarakat ini adalah organisasi agama yang paling besar dan bersejarah. Namun dengan merangseknya para khuruj mulai mendominasi masjid masjid NU yang yang sudah tersebar diseluruh wilayah indonesia menjadi tamparan buat mereka( NU )sebetulnya kemana saja mereka selama ini terutama dalam kegiatan menghidupkan masjid ? Langgar langgar dan masjid yang selama ini memang telah tertidur ( sepi jamaah ) dihidupkan oleh para khuruj. Bukankah ini sebuah tamparan,buat organisasi NU kemana saja mereka ? Kenapa tidak membuat suatu metode yang baru untuk merekatkan warga nadliyin antar mushola atau mesjid,menjalin silhaturahmi seperti yang para khuruj lakukan, ? Aku sendiri telah melihat NU semakin tidak peka, bahwa ancaman budaya hedonisme dan konsumerisme akan menghancurkan warganadliyin. Silahturahmi antar lanngar atau mushola semakin kering. Pejabat penting NU telah membawa NU dalam aroma politik yang telah berlangsung lama.Pertemuan besar antar warga NU dalam acara tertentu hanya di mobilisasi untuk unjuk kekuatan dalam nuansa politis. Bukan untuk slihaturahmi dan perekatan social keagamaan. Akhirnya ancaman keringnya silahturahmi dalam nuansa keagamaan disebuah desa desa akan semakin hilang. Dan aktivitas gerakan khuruj telah mencuri start lebih dulu dari lelap tidurnya organisasi agama masyarakat terbesar di indonesia ini ( NU ).aku sendiri masih menilai bahwa khuruj ini adalah sebuah gerakan dakwah bukan aliran atau faham. dan mestinya NU dan organisasi agama lainnya belajar dari mereka. Aku memperkirakan bahwa lambat laun gerakan dakwah jamaah tabligh ini akan mempunyai jamaah yang besar mengingat sistem dan cara marketing keagamaan mereka yang gigih, sopan, santun dan sabar. Namun demikan, aku masih perlu mempelajari Khuruj atau jamaah tabligh ini lebih jauh, seperti dari mana gerakan ini berasal, dari mazhab mana gerakan ini di ambil ? siapa pemimpin atau pencetus gerakan ini ? ( wied, Jkt . 25 Okt 2010 di tulis ketika rumahuku di datangi Karkun )

Selasa, 19 Oktober 2010

Selamat Jalan Bibi..

Innalillahi Wainnalilahi Rojiun
Jam 07.20 Hari Selasa Tgl 19 Okt 2010, aku mendengar berita duka dari Bapakku di kampung, “ Innalilalahi Wainnalilahi Rojiun, telah meninggal dengan tenang bibi Ratiah Binti Tarwan ( bibi ) di rumah Om Ugi jam 06.30. “. Aku langsung berpikir benarkah yang meninggal itu bibi ?. Lebaran kemarin aku masih sempat bertemu, Bibi saat itu berada di ruang kamarnya di rumah Om Ugi..Bibi menghampiri aku dan aku pun menyalaminya. Aku memberikan uang 50 ribu buat jajan bibi. Setiap aku bertemu bibi memang aku selalu menyempatkan untuk memberikan uang meski jumalh itu ( 50 ribu ) tak begitu banyak membantu buat kehidupan bibi. sumbangan itu setidaknya sebagai tanda kasih dan perhatian aku dengan bibi. Saat aku temui lebaran itu, bibi masih sehat dan tak menunjukan bibi sedang sakit. Sehari setelah itu, saat aku hendak pergi ke makan Mbah Tari dan Mbah Saleh, aku lihat bibi sedang telungkup di kamar tidur Mbah Etu. Bibi mengerang, dan menangis menahan sakit. Mbah Etu bilang, bibi sedang sakit perut. Namun aku dapat merasakan bahwa sakit yang di derita bibi pasti begitu menyiksa dirinya hingga ia menangis. kemudian aku melanjutkan pergi ke Makam Mbah Tari dan Mbah Saleh. Itu terakhir aku melihat bibi. Sekarang Bibi telah tiada, pergi meninggalkan dunia. Semoga Alloh Menerima Segala amal dan perbuatan bibi dan semoga Alloh mengampuni segala dosa dan kesalahan ketika bibi masih di dunia. Semoga Alloh memberikan tempat yang baik , di sisiNya. Amin.
Bibi adalah pengasuh ketika aku masih bayi, mungkin sampai kira kira aku berusia lima tahun. Bibi pernah hidup lama bersama aku. Sambil mengasuh bibi kadang membantu pekerjaan ibu. Bibi adalah sosok wanita yang sabar, dan penurut. Waktu kecil aku begitu dekat dengan bibi, kemana mana aku sering ada dalam gendongannya. Ketika aku bermain, bibi dengan setia menjaga dan menemaniku. Kadang aku merasa kasian dengan hidup bibi. Dia tidak punya suami, saudara pun sepertinya tidak ada yang memperhatikan, sibuk dengan urusannya sendiri sendiri. Ketika aku sudah besar, mungkin berusia 10 tahun bibi pindah ke Om Ugi. Di sana bibi membantu pekerjaan Om Ugi dan Ce Yuri. Jarak telah menjauhkan aku dari bibi, apalagi setelah aku semakin dewasa. Kuliah di purwokerto, hingga aku tak lagi sering melihat bibi. Waktu aku masih kuliah pun aku sering memberikan uang ke bibi entah itu 20 ribu atau 10 ribu. Kini Bibi telah tiada..sedih rasanya melihat fenomena orang orang yang dulu pernah dekat dengan ku pergi meninggalkan dunia. Apalagi bibi hanya sendiri tidak punya siapa siapa.

Beberapa bulan yang lalu pun aku di kabari oleh Bapak , bahwa Mang Karsim meninggal dunia. Padahal kemarin lebaran baru saja aku bersalaman. Mang Karsim saat itu memang aku lihat sedang sakit, di bagian kakinya membengkak. Tapi begitulah yang aku lihat dari sosok mang karsim. Senyumnya selalu keluar menyapa orang yang baru saja di temuinya. Meski sedang sakit, Mang Karsim masih sempatkan berjalan untuk menemui dan menyalami orang yang berkunjung. Istrinya, Bi Rijah..sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan dunia. Melihat sosok Mang Karsim memang beda dari yang aku temui pada orang lain. Orangnya selalu easy going, semua masalah sepertinya di bawa tersenyum.
Satu per satu aku melihat bahwa Alam Desa ku telah begitu Tua. Orang orang tua yang aku masih anggap muda dan masih “ rosa “ rupanya sudah tidak sanggup lagi menahan derita yang ia alami. Apakah ini dari Perekonomian yang tidak berjalan dengan merata. HIngga aku melihat kondisi orang orang tua yang sebetulnya dalam pengamatanku masih kuat, menjadi lapuk tidak kuat menahan perih dan derita. Hingga akhirnya dia menemui ajalnya lantaran sakit yang tak terobati. Inilah wabah dari perekonomian yang hanya bergerak pada mereka di perkotaan saja. Perekonomian yang hanya bertumpu pada masyarakat kaya saja. Sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terjepit dan kesulitan hidup. Hingga masalah perawatan kesehatan tidak terjamin sama sekali. Masih mending mereka bisa dapat makan dan minum meski d engan sangat minimal. Cuma ,bagaimana kalo mereka menderita sakit ? di mana sekarang yang aku temui bahwa untuk membeli obat saja, harganya mahalnya minta ampun. Tidakkah pemerintah bisa memikirkan hal ini ? secara mendalam ? berapa banyak manusia yang aku yakin telah banyak yang meninggal akibat karena kesulitan ekonomi. Sangat miris melihat kenyataan sebuah warga Negara di mana pejabat pejabat pemerintah dengan bangganya menunjukan Indonesia sedang dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang bagaimana ? bisakah mereka para pejabat merasakan apa yang orang kaum miskin rasakan ? betapa masih banyak tingkat kemiskinan dan kesulitan ekonomi di sebuah desa ? kenapa setiap kebijakan ekonomi selalu di mulai dari sector atas ( pusat ) terlebih dahulu baru kemudian di daerah ? kenapa tidak memulai dari sector kecil , pedesaan dulu baru kemudian ke menengah, ke pusat ? bukankan mereka yang miskin miskin itu yang sering di jumpai di pedesaan ? aku yakin jika setiap pemangku pejabat penting Negara memikirkan dari bawah terlebih dahulu pasti aka ada perubahan kehidupan masyarkat di setiap tingkat desa. Tidak seperti sekarang yang aku lihat, desa yang bertambah kering dan tandus. Kehilangan sumber daya ekonomi. Anak muda yang mustinya menjadi tulang pungung sumber daya ekonomi desa, malah pergi meninggalkan desa, pergi ke kota. Parahnya ini terjadi hampir di setiap desa.

Sungguh miris melihat tingkah laku para pejabat yang jauuuuuh sekali dari consernitas apa yang telah tejadi pada masyarakat desa di sana. Mereka hanya ribut masalah politik, hokum, balas membalas, antar instansi, antar lembaga hukum saja semua pada ribut mempertahanakn ego dan kepentingan lembaganya masing masing. Tak ada yang aku lihat pejabat yang mempunyai hati dekat dengan masyarakat. Tak ada yang aku temui pejabat yang betul betul memikirkan setiap hari nasib para mereka yang berada di garis kemiskinan. Jangankan pejabat, Presiden pun aku tak melihatnya punya consernitas seperti itu. Hanya Almarhum Abdurahhman Wahid yang mempunyai hati dekat dengan masyarakat kecil. Ini bukan Cuma tulisan, pepesan kosong. Namun semangat dan perjuangan Gus Dur dalam membela rakyat kecil telah di buktikan semasa beliau menjabat sebagai presiden dan setelah turun dari tahta presiden. Nampak kelihatan sikap dan gaya hidupnya orang yang selalu dekat dengan r akyat kecil. Kemanapun pergi dia se lalu dekat dengan rakyat kecil.
Percuma saja pertumbuhan ekonomi 6, 5 % yang selama ini di gembar gemborkan sebagai kesuksesan kebanggaan pemerintah kalo saja masalah kemiskinan dan mendapatkan obat yang layak masih sulit di gapai oleh masyarakat kecil dan pedesaan ? Miris… ( wied, Jkt 19 Okt 2010 )

Jumat, 15 Oktober 2010

Milad Nazriel Ashar yang pertama


Satu tahun telah berlalu,.waktu meninggalkan peristiwa bersejarah setahun yang lalu. Saat detikdetik menegangkan telah terjadi, di mana seorang ayah telah menantikan awal dari kehidupan yang baru, dari bayi yang akan baru lahir. Di mana seorang ibu telah berjuang sekuat tenaga antara hidup dan mati, demi melahirkan seorang anak pembawa kehidupan baru di dunia. Seorang anak yang telah di nanti oleh kedua orang tuanya. Sekedar di kenang,.bahwa dalam perjuangan melahirkan seorang anak, penuh dengan pengorbanan dan keberanian yang tinggi. Antara pengharapan dan ketakutan menjadi satu hingga terucap pada pasrah pada yang kuasa. Kuasa manusia hanya pada tataran tekhnis saja, bagaimana caranya agar bayi dan ibu selamat keduanya. Jauh dari itu..orang tua yang telah menunggu di sana bertanya tanya apakah nanti bayi dalam keadaan sehat dan normal ? itu yang jauh lebih penting yang di rasakan oleh kebanyakan orang tua yang telah menunggu saat detik detik kelahiran putranya. Hingga terdengar tangisan sang bayi,.maka legalah perasaan mereka yang telah menunggu dalam penantian ketegangan selama berjam jam. Di lihatnya pula ibunya, Alhamdulillah dalam keadaan baik saja. Maka berakhir sudah puncak ketegangan dan berubah menjadi kebahagian tiada tara. Dia telah lahir,.seorang putra telah lahir di dunia pada jam 15.05 tanggal 23 september 2009 disebuah rumah sakit Wijaya Kusuma Kuningan Jawa Barat. Apa yang aku rasakan saat itu,. ? seolah telah mendapat hadiah dari alam, dari Tuhan,.bukan barang mainan namun bayi,manusia yang kelak akan mempunyai emosi,pikiran,perasaan,dan perbuatan. Di mana banyak dan sedikitnya akan berpengaruh pada kehidupan di dunia bersama yang lainnya, masyarakat,temen, keluarga. Tugasku saat hanya membesarkan dan membekali ilmu, kelak dapat berguna buat dirinya dan lingkungan masyarakat nantinya, agama nusa dan bangsa.

Kini setahun telah terlewati, bayi yang dulu masih merah dan pucat, kini tumbuh menjadi besar,.mempunyai mata yang indah, penglihatan mata yang tajam, dan yang lebih menggembirakan telah memiliki emosi dan perasaan cinta dan sayang. Sudah bisa ngambek, bisa tertawa dan bertingkah bermain ala mereka sendiri. Kala melihat ibunya mau pergi dia sudah bisa menangis. Kala moodnya sedang bagus,.dia berkicau ngomong sendiri,.meski gak tau dangan jelas apa yang dia teriakan dari mulutnya. Kala mendengar musik, dia sudah bisa merespons dengan mengangguk anggukan badannya dan kepalanya. Pertanda sudah bisa menerima seni dan hiburan. Kala akan digendong oleh orang yang baru dia kenal,dia sudah menolak, pertanda dia sudah bisa mengenali dengan wajah orang. Kala dia sedang gak mood. dia gampang sekali nangis,danpertanda dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tidurnya sudah mulai pulas dan sering bangun kesiangan, tidak seperti dulu, di mana jam 3 dan jam 4 pagi sudah bangun,pertanda bahwa sifat manusia pemalasnya sudah keluar. Di kala melihat mainan,sudah ingin memiliki pertanda bahwa dia sudah mempunyai ego dan kepentingan. Semua perubahan perubahan selama setahun ini menandakan bahwa pertanda pertanda yang dia alami adalah suatu tahap mekanisme yang lumrah dan wajar sebagai bayi yang sedang tumbuh. Dan akan masih terus berlanjut hingga dia bisa tumbuh layaknya seperti bayi pada umumnya. Lalu pertanyaan buat orang tua adalah kapan dan seperti apa peran orang tua dalam memberikan ajaran atau pendidikan kepada anaknya hingga sianak memperoleh pengajaran yang lebih baik ,lebih dini kepada anaknya, hingga anaknya dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat dan lebih maju ketimbang yang di capai anak anak pada umumnya ?? Orang tua yang baik adalah orang tua yang dengan sabar membimbing anaknya dengan sabar ke jalan yang bijak. ( wied, 23 Sep 2010 )

Sabtu, 28 Agustus 2010



Aku sedang naik Gajah bersama Mbah Akung, dan Mba Tata..
 


Coba perhatikan deh..Mas Djorghi dan Mas Michael..selalu
pasang aksi
kalo foto. He,.he..awas ya..nanti klo De Nazriel dah gede juga..aku juga bisa pasang gaya..Nah..klo ini ada gambar Ayah,,pake topi..

Posted by Picasa