Kamis, 28 Oktober 2010

Mbah Marijan yang sederhana


Mbah Marijan yang sederhana
Jika Kematian itu adalah pasti,.maka kematian seperti apa yang diinginkan oleh setiap manusia ? Tak banyak orang yang merenungi demikian. Mungkin di benak Mbah Marijan lah ketika masih hidup Mbah Marijan ingin meninggal dunia dalam keadaan yang paling ia sukai. Yaitu Meninggal dalam kapasitasnya Beliau sebagai pekuncen ( juru kunci ) di kawasan Gunung Merapi Yogyakarta. Mbah Marijan memang telah di pilih oleh kesultanan jogja sebagai juru kunci kawasan Gunung Merapi tahun 1982. Bagiku peran dan tanggung jawab yang Mbah Maridjan pegang telah dilaksanakan dengan baik penuh amanah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Lebih dari itu aku melihat bahwa kecintaan pada lingkungan dan alam sekitar lah ( di kawasan Gunung Merapi ) yang membuat Mbah Marijan melakukan demikian. Bukan suatu hal yang biasa memang, hanya sedikit saja mungkin orang yang melakukan demikian. Bagaimana tidak, sebuah keyakinan mengalahkan hasil dari uji ilmiah. Sebagaimana kita tahu bahwa di tahun 2006 lalu, status Gunung Merapi telah di jadikan “ awas “ oleh BMKG. Dan masyarakat di himbau untuk segera meninggalkan kawasan gunung merapi. Namun Mbah Maridjan tetap yakin bahwa wedhus gembel akan segera berakhir. Benar saja, waktu itu wedhus gembel atau kepulan asap atau awan panas Gunung Merapi tidak sampai ke pendunduk desa, hanya meletus di atas gunung merapi saja. Kontan saha keberanian dan tekad Mbah Maridjan melambungkan namanya. Menjadi bintang iklan jamu Sido Muncul dan beberapa produk iklan lainnya. Mendapat penghargaan dari pecinta lingkungan dan penghargaan lainnya. Rupanya ketenaran dan kekayaan yang telah di raih Mbah Maridjan tidak membuat Mbah Marijan keluar dari jati dirinya. Yaitu sosok Mbah Maridjan yang sederhana dan Orang yang memegang Teguh prinsip dan keyakinan. Selalu konsisten dalam sikap dan tindakan , pikirannya. Tanggal 25 Oktober 2010 kembali Gunung Merapi memulai aktivitasnya, dan BMKG memperingatkan masyarakat di kawasan Gunung Merapi dalam status “ Awas “. Sebagaian masyarakat memang menuruti himbauan dari pemertintah daerah. Namun tidak bagi Mbah Marijan, seolah beliau tau akan meninggal di lingkungan rumah yang di cintainya. Beliau tidak takut untuk mati dan membiarkan dirinya tetap tinggal di rumah. Puncaknya tanggal 27 Okt 2010 ajal menjemput Mbah Marijan dalam sapuan awan panas yang bergerak cepat, membakar semua bangungan dan pepohonan yang di laluinya. Saat itu konon Mbah Marijan sedang pergi sholat ke mesjid.
Apa yang aku salutkan dari sosok Mbah Maridjan adalah kesederhanaan dan sikap keberanian, konsistensi dan prinsip teguh d alam pendirian. Kiranya jarang sekali orang melakukan demikian, mungkin orang yang tidak memperhatikan aspek “ nilai “ atau yang hanya memperhatikan aspek materi s aja Jelas mereka sudah harus meninggalkan kawasan yang berbahaya, dari pada mati sia sia. Bagaimanapun juga tindakan Mbah Marijan tidak seluruhnya benar, seharusnya Mbah Marijan lebih mempercayai hasil dari uji ilmiah, namun nampaknya jika suatu keyakinan sudah menjadi prinsip hidup seseorang maka seberapa besar nya bahaya yang mengancam dirinya diluar maka tak akan di gubris atau di indahkan. Inilah sebetulnya efek dari sebuah keyakinan yang tertanam dalam hati. Menjadi letupan yang bisa menjadi prinsip yang teguh dan konsisten dalam tidakan dan pikiran. Selamat Jalan Mbah Maridjan semoga engkau dapat di terima di sisi Allah dengan baik , di terima segala amal dan ibadahnya Amin. dan semoga nilai nilai yang Mbah Maridjan contohkan menjadi pegangan buat anak anak muda sekarang untuk tetap mencari sebuah “ Nilai “ bukan hanya materi saja. Apa yang bisa di sumbangkan pada dunia , pada lingkungan dan kepada umat manusia ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar