Sabtu, 13 Maret 2010

Aku terkena campak

7 Maret 2010
Aku terkena campak
Saat usiaku menginjak lima bulan, aku terkena campak. Sebelumnya aku di bawa ke dokter zenal kuningan, seminggu sebelum aku kena campak. Saat itu aku di periksa dengan sakit pilek. Idungku sering keluar ingus dan kata bunda, tidurku suka ngorok akibat banyak lendir di tenggorokanku. Kata dokter zaenal lendirku banyak sekali dan sembuhnya akan lama. Bunda juga di peringatkan agar tidak menyusui aku sambil tidur karena bisa menyebabkan tersedak yang di khawatirkan akan masuk ke paru paru. Aku di timbang dengan berat badan 7,8 kg. Aku di beri obat penghilang lendir dan kemudian di asap. Sementara aku di asap, ayah malah merekam dengan kamera phone nya. Obat dari dokter aku minum, dan alhamdulillah aku berangsur mulai pulih. Aku tidak ngorok lagi.

Tapi ketika acara keluarga besar mbah uti mengadakan kumpulan. Aku bersama ayah, bunda, bude pak de, teh vira dan a izal main dan nginep di rumah mbah uti. Mbah uit dan mbah akung mengadakan arisan alumni haji. Dan kebtulan anak dan cucu mbah uti datang semua termasuk aku. Aku menjadi cucu yang paling kecil. Saat itu aku merasa kurang tidur. Badanku sebentar bentar di angkat ke gendongan yang satu ke yang lain. Maklum bayi seusiaku masih lucu lucunya hingga banyak yang ingin menciumku dan menggendongku krn gemasnya. Aku sulit tidur, karena banyak suara keras yang mengagetkanku saat aku bobo, suara saudara saudaraku yang berlari lari, mas jorgi, mas mikel dan mba tata. Aku di rumah mbah uti tidak cukup waktu banyak untuk tidur. Ketika bunda dan ayah membawaku naik motor barulah aku bisa tidur, tapi kemudian aku bangun ketika aku akan di rebahkan di tempat tidur. Cuaca di rumah mbah uti begitu panas, hingga aku sering keluar keringat. Untungnya ada kipas angin hingga aku bisa tidur sedikit lama.

aku kembali pulang ke sagara hari minggu sore naik motor bersama bunda dan mba lia. Ayah tidak ikut karena ayah ikut pak de beni berangkat dari rumah mbah uti. Ada perasaan terpisah antara aku dan ayah ketika ayah hendak ke jakarta. Ketika aku ingin bisa berkumpul degan ayah dan bunda tapi ayah justru berpisah menjalankan kewajiban bekerja. Aku lihat ayah berlinang matanya saat aku duduk di mobil pak de. Ayah dari luar mobil mengatakan " hati hati ya tong..dede ama bunda dulu ke sagara, ayahnya ke jakarta ya ama pak de beni " aku yang masih kecil hanya bisa bengong dan tidak merespon apa apa ketika ayah berkata spt itu. Namun dalam hatiku ada perasaan berat saat ayah mengatakan spt itu. Begitulah perasaan ketika sebuah keluarga yang mestinya bersatu dan berkumpul tapi malah berpisah hanya beberapa hari saja dalam seminggu atau dua minggu. Fenomena seperti ini tidak aneh lagi di temui mengingat keadaan sekarang jauh berbeda dengan dulu. Dan kondisi seperti itu tidak saja terjadi pada ayah dan bunda namun terjadi juga di banyak orang. Itulah dampak dari pembangunan yang bersifat sentralistik, tidak meratanya pembangunan ekonomi di setiap daerah.

Dua hari dari rumah mbah uti, bunda di telp kembali oleh nenek ( panggilan nenek dari kuningan ) katanya bunda di suruh pulang ke kuningan ada sesuatu yang penting katanya. Aku kembali di bawa turun lagi naik motor ke ciwaru. Lalu dari ciwaru aku naik mobil temen bunda ke kuningan. Di rumah nenek lah aku mulai merasakan panas badan, demam, suhu badanku naik, dari tubuhku, wajahku keluar merah merah. Aku di bawa ke dokter zaenal, kata dokter aku di khawatirkan kena gejala demam berdarah, dokter menyarankanku agar aku kembali lagi dalam lima hari apabila panasnya belum mereda. Aku di beri obat oleh dokter dan bunda menyuapi aku minum obat. Satu hari dari dokter, panas belum mereda malah merah merah di badanku semakin jadi, tengah malam kata bunda badanku panas sekali, aku selalu terbangun dari tidur. Tapi kata bunda meski badanku panas, mulutku malah ngoceh apa aja tapi tidak menangis. Dua hari badanku masih panas, barulah bunda tau bahwa ternyata aku terkena campak. Kata orang campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Dan gejala campak di tandai keluarnya bintik bintik merah di seluruh badan,.wajah jadi bengep seperti wajah petinju yang sering terkena pukulan, mataku jadi sipit karena wajah dan pipi yang membengkak. Cara penyembuhan campak memang agak bersabar, kalo semua warna merah di kulit dan bintik bintik keluar semua barulah campak sudah mulai sampai titik puncak. Setelah fase ini hanya tinggal penyembuhan saja atau recovery. Proses pemulihan di tandai dengan badan mulai dingin, malah menjadi dingin, dan bintik merah berangsur angsur hilang. Saat itulah suhu badan mulai normal kembali. Penanganan atau obat buat campak adalah dengan mengoleskan bedak yang tidak wangi ke sekujur badan, dan hindari kena angin dan air karena akan menyebabkan meningkatnya kembali suhu panas badan dan gatal. Alhamdulillah aku sudah sembuh sekarang. Trima kasih ya Alloh karena dengan ridhlo Mu lah aku bisa sembuh, mudah mudahan Engkau selalu menjagaku selalu dalam keadaan sehat. Hanya kepada Mu lah aku mengucapkan trimakasih karena Engkau lah yang Maha menyembuhkan.