Tepatnya tanggal 23 Desember 2009 aku melangkahkan kakiku di Sagara. Sebuah daerah yang sejuk dan dingin. Udara di sini cukup segar, di apit oleh pegunungan yang cadas dan terjal. Tinggal di sini cukup membuat aku cinta akan kebesaran Tuhan, dan mengerti psiskologis sosial sebuah masyarakat yang terpecil. Aku pindah hari Rabu sore hari. waktu itu cuaca kurang mendukung. Hujan begitu setia menemani proses kepindahan aku dari rumah ke Sagara. Roda ban mobil bak, berputar menaiki jalan kecil nan cadas. Di suatu tanjakan yang terjal dan sangat curam itu, mobil bak yang ku naiki sempat hampir mundur, akibat selip dan licinnya jalan. Aku yang di gendong Bunda duduk di depan bersebalahan ama sopir tetap tenang saja, ya..karena aku masih belum mengerti apa itu bahaya dan apa itu sikap ketenangan. Namun bunda saat itu sempat berteriak memancarkan wajah kepanikan. Suasana begitu tegang saat bunyi mobil yang menderung keras, dengan gerakan mobil yang justru mundur begerak oleng ke kanan dan ke kiri. Dapat di bayangkan seandainya sopir yang membawa mobil ku tidak berpengalaman maka bisa jadi mobil akan jatuh dan menabrak tebing. Namun karena sang sopir cukup gesit maka mobil tertahan di tengah.
saat itu sopir turun, Ayah yang duduk di bak belakang menyuruhku untuk turun saja dan memilih jalan kaki sampai jalan yang terjal ini sudah habis sampai atas. Sopir itu, bersama Ayah membebani mobil bak dengan banyak batu agar tak selip. Kebetulan banyak batu batu besar di pinggir jalan. kemudian tanpa Bunda dan Aku, Mobil bak warna putih itu akhirnya melewati jalan terjal berhasil menaiki sampai di atas. bunda dan aku yang sudah menunggu di atas kemudian menaiki lagi mobil bak itu.
jalan yang terjal itu baru jalan terjal yang pertama, belum yang kkedua dan ketiga yang jauh lebih parah di depan.Jalan terjal pertama tlah di lalui dan tinggal jalan terjal yang kedua menghadang di depan, jalan terjal yang kedua ini begitu licin, akibat jalan aspal sudah bercampur dengan tanah. maka akan jauh lebih sulit dan membahayakan. Seperti biasa aku dan bunda di suruh Ayah untuk turun saja, jalan kaki sampai ke atas. Namun sopir saat itu untuk tetap saja menyuruh aku dan bunda diam saja di mobil, " pasti kita bisa sampai ke atas " begitu kata sopir meyakinkan. namun Ayah sangat khawatir dengan aku dan bunda, maka agar aman, aku dan bunda di minta berjalan kaki saja. Benar saja..meski sudah di isi dengan batu tetap saja sampai tengah jalan tanjakan terjal itu mobil selip kembali. terpaksa aku dan sopir menambah lagi isi bak itu dengan batu yang besar besar. akhirnya setelah melewati jalan yang berliku, licin dan terjal itu aku dan bunda dan barang barang pindahan sampai dengan selamat, Alhamdulillah.. Tapi rupanya mobil tidak sampai persis depan rumah praktek Bunda, karena jalan untuk sampai di tempat praktek bunda hanya bisa di lalui dengan motor saja. Ayah dan bunda pun akhirnya mengangkut barang barang pindahan yang di turunkan lebih dulu di lapangan Volley yang terletak di muka dusun Sagara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar